Aku sadar harus bersyukur. Bersyukur itu penting. Agar bisa merasa layak untuk meneruskan langkah hidupmu.
Sering kali rasa syukur diselimuti oleh iri. Iri membuat kita lupa akan apa yang kita terima. Kita hanya memandang hal yang diterima orang lain dan haus untuk merasakan hal yang sama pula.
Begitulah yang kurasakan. Sangat sulit bagiku untuk menggenggam jiwa.
Awalnya, aku yang lebih dulu. memendam rasa. menyimpan hasrat. menabung luka.
Di pertengahan, tak kusangka, rasa tersampai dan terbalas. Meluapkan bahagia. Dengan gelembung2 senyum kecil setiap hari tiada habisnya. Dalam kebahagiaan yang tak terbendung, bukannya bersyukur, malah rasa takut yang muncul. Takut dia bosan lalu pergi. Takut gelembung2 kecil itu pecah dan tak bersisa. sama sekali.
Seiring bertambah banyaknya gelembung, semakin kencang pula angin bertiup. Keadaan ini tak bisa kubendung.
Akhirnya, aku kehilangan semua gelembung. Hanya angin dan ruang kosong yang tersisa. Angin yang memaksaku untuk berdiri semakin tegap, tetapi juga mendorongku kebelakang ke arah gelembung pergi.
Aku memilih bertahan. Melawan arah angin. Berpindah ke ruang lain yang juga kosong. Tetapi memiliki sedikit cahaya.
Hanya saja terkadang aku merasa gerah, lalu berpindah ke ruang kosong sebelumnya yang dipenuhi angin. Saat lengah, aku terseret kebelakang, ke arah gelembung pergi.
Kulihat gelembung-gelembungku sudah mengisi ruang lain. Gelembung-gelembung itu tidak lagi kecil dan tak akan terbang pergi dari sana. Ruangan itu tidak berangin.
Aku iri. luka yang kutabung di awal, kini mulai terinfeksi. Ia memerah dan mengeluarkan nanah. Menganga meliputi seluruh permukaan jiwa.
Aku ingin berpaling, tapi tak tahu harus kemana melangkah. Ruangan bercahaya hanya membuat lukaku semakin terasa pedih.
Izinkan aku untuk mengulang semua. Menutup jendela diruanganku agar angin tak masuk. Agar aku bisa menjaga gelembung-gelembung kecilku.
Terimakasih sudah datang lalu pergi.
You know you've hurts me a lot.
And I know I'm a lot of lovely.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar